PLANOLOGI ITN MALANG

PLANOLOGI ITN MALANG
BANGGA JADI ALUMNI PLANOLOGI ITN

MY SKRIPSI


Peranan kutub pertumbuhan dalam pengembangan wilayah adalah sebagai penggerak utama atau lokomotif pertumbuhan, yang selanjutnya menyebarkan hasil-hasil pembangunan dan dampak pertumbuhan kewilayah pengaruhnya. Dan konsep dalam perencanaan struktur ruang banyak mengimplementasikan teori tersebut seperti halnya pada produk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) misalnya, dikenal dengan Pusat-pusat SSWP (Sub satuan Wilayah Pengembangan) atau pada produk rencana tata ruang kawasan perkotaan dikenal dengan istilah BWK (Bagian Wilayah Kota) yang difungsikan sebagai pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan bagi wilayah belakangnya (hinterland). Namun Teori kutub pertumbuhan dianggap gagal karena dianggap tidak berhasil membuktikan terjadinya dampak tetesan kebawah (Trackling Down Effect) secara lugas. Gejala ini disebabkan karena pusat pertumbuhan yang umumnya adalah kota-kota besar ternyata sebagai pusat konsentrasi penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi dan sosial adalah cukup kuat, sehingga terjadi tarikan urbanisasi dari desa-desa dalam wilayah pengaruh kepusat pertumbuhan.
Dalam kajian struktur ruang wilayah terdapat wilayah-wilayah inti atau core regions yang terletak dalam hirarki sistem spasial, misalnya dalam kajian Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten terdapat beberapa wilayah inti yang dijadikan sebagai Pusat SSWP yang pada umumnya adalah sebuah kecamatan yang memiliki tingkat pertumbuhan lebih tinggi dari pada kecamatan-kecamatan disekitarnya dan nantinya difungsikan sebagai pusat pelayanan bagi kecamatan-kecamatan disekitarnya. Dalam wilayah-wilayah Kecamatan terdapat wilayah inti biasanya pada Ibu kota Kecamatan yang berfungsi untuk mendukung pertumbuhan dan pelayanan bagi desa-desa disekitarnya. Dan dari desa-desa tersebut membentuk wilayah inti yang disebut Desa Pusat Pertumbuhan (DPP).
Ada beberapa gejala utama sehubungan dengan peranan wilayah inti dalam pembangunan sistem spasial, diantaranya adalah; (1) wilayah inti mengatur keterkaitan dan ketergantungan wilayah-wilayah disekitarnya melalui sistem suplai, pasar dan daerah administratif; (2) wilayah inti meneruskan dengan sistematis dorongan inovasi ke wilayah-wilayah disekitarnya yang berada dalam jangkauannya;(3) pada suatu titik tertentu pertumbuhan wilayah inti akan cenderung mempunyai pengaruh positif dalam proses pembangunan sistem spatial. Akan tetapi dapat berpengaruh negatif jika pengaruh pembangunan diwilayah inti terhadap wilayah sekitarnya tidak berhasil ditingkatkan; (4) kemungkinan inovasi akan ditingkatkan keseluruh wilayah sistem spasial dengan cara mengembangkan pertukaran informasi . Dengan melihat gejala tersebut maka pusat-pusat pelayanan ekonomi atau tata ruang ekonomi (economic space) memiliki peranan dan fungsi yang dominan dalam menentukan perkembangan wilayah-wilayah sekitarnya yang menjadi wilayah pelayanan. Pada wilayah inti terjadi pemusatan kegiatan-kegiatan ekonomi, permukiman penduduk, fasilitas-fasilitas umum dan pelayanan sosial yang mempunyai pengaruh berupa pancaran pengembangan terhadap wilayah-wilayah disekitarnya. suatu wilayah sebagaimana disebutkan diatas dapat dikatakan sebagai sistem spasial dan dalam sistem spasial tentunya harus memiliki keterpaduan didalam ketergantungannya. Dalam kajian ekonomi, konteks ketergantungan ini dapat dilihat pada segi suplay permintaan dan penawaran. ketergantungan tersebut harus didasarkan pada keduanya yaitu segi permintaan dan penawaran jadi tidak boleh berat sebelah. Selanjutnya ketergantungan tersebut dapat dilihat pada arus pertukaran dan lalulintas perdagangannya.
Dennis A Rondenelly dalam bukunya pada bab pembahasan The Role of Linkages in regional Development menyatakan pengembangan wilayah terjadi karena pertumbuhan dan penggolongan permukiman serta penciptaan jaringan-jaringan baru yang lebih kuat didalamnya. jaringan yang baru selalu menumbuhkan tempat-tempat pusat baru (new central places) yang memancarkan interaksi lebih besar antara permukiman dan kawasan perdesaan belakangnya (Rural Hinterland). Penciptaan jaringan yang baru dapat membuat aktifitas-aktifitas lainnya dan jaringan-jaringan yang memungkinkan (possible linkages). Salah satu jaringan tersebut ditunjukkan pada sebuah sistem pasar perdesaan (a rural market system).
Pasar merupakan lokasi publik tempat berkumpulnya pedagang dan pembeli untuk melakukan transaksi pada jenjang waktu tertentu. Sebagaimana yang didefinisikan oleh Broemly A market as a public gathering of buyers and sellers of commodities meeting at an appointed or customary location at regular intervals ranging from daily to monthly. pasar berdasarkan waktu aktivitasnya (periodic market) khususnya dipulau jawa bagian timur banyak dijumpai pasar yang beraktivitas mengikuti pasaran jawa seperti pasar pon,wage,kliwon,legi,dan pahing. Pasar-pasar tersebut biasa disebut sebagai pasar tradisional, dan ini masih banyak ditemui berlokasi pada wilayah-wilayah pusat kecamatan (Ibu Kota Kecamatan) yang menjadi titik pertumbuhan dan pusat interaksi sosial langsung dengan kalangan masyarakat ekonomi menengah kebawah yang banyak dijumpai pada wilayah-wilayah perdesaan. Pasar tradisional selain sebagai basis ekonomi dalam memenuhi kebutuhan akan kebutuhan pokok masyarakat perdesaan yang termasuk kebutuhan yang selalu dibutuhkan dalam jenjang waktu paling banyak dibandingkan barang-barang kebutuhan lainnya, juga memiliki potensi-potensi lainnya sebagaimana yang diungkapkan oleh Adi Himawan peneliti di Urban Crisis dan Community Development (UCYD) dalam opininya menyatakan Pasar tradisional berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi kerakyatan. Karakter khas dari pasar tradisonal adalah sistem perdagangan dengan memakai pola harga luncur, tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan harga. Dengan pola hubungan ekonomi ini maka interaksi sosial terjalin akrab antara penjual dan pembeli. Sosialitas pun terbangun dalam masyarakat lewat kegiatan ekonomi. Fungsi pasar tradisional juga terus berkembang sebagai pusat pertemuan, pusat pertukaran informasi, aktivitas kesenian rakyat dan belakangan menjadi unggulan paket wisata. Dalam pemikiran demikian maka pasar tradisional merupakan aset daerah sekaligus perekat hubungan sosial dalam masyarakat. Sehingga runtuhnya pasar tradisional sebetulnya meruntuhkan bangunan sosial, ekonomi kerakyatan itu sendiri dan bisa jadi merembet pada pudarnya sosialitas masyarakat.
Hijam Eskoni Devi pekerja pada pasar tradisional dan Perencanaan Perkotaan berdasarkan studinya tentang THE RELEVANCE OF THE TRADITIONAL MARKET, THE CASE OF KHWAIRAMBAND KEITHEL IN IMPHAL, IN URBAN AREA AND TO STUDY ITS HISTORIC IMPORTANCE AND EVOLVE A DEVELOPMENT STRATEGY. (relevansi dari pasar tradisional pada daerah perkotaan dan studi tentang sejarahnya dan strategi pembangunan yang berkembang, studi kasus Kwairamband Keithel di Imphal India) menyatakan ;
“……There is strong links between the traditional market and urban planning. The focus of this review is on the study of the sustainability of the traditional market by looking at some of the earlier studies that have attempted to capture the importance of traditional institution. It can be seen that market plays a very important role in city evolution and planning since it forms the main interaction centre and an integral part of our urban history and culture. Most of the settlement starts around a market place. Sometimes market place is away from a settlement but settlement occurs around the market place in a passage of time.” Kurang lebih pengertiannya adalah : bahwasanya Terdapat hubungan yang kuat antara pasar tradisional dan perencanaan perkotaan. Fokus dari kajian ini adalah pada kajian terhadap kesinambungan pasar tradisional dengan melihat dari beberapa studi sebelumnya berusaha untuk menangkap pentingnya institusi tradisional . Hal ini dapat dilihat bahwa pasar memainkan peranan yang sangat penting dalam perencanaan dan evolusi kota. bentuk utama pada pusat interaksi dan merupakan bagian integral dari kultur dan sejarah perkotaan. Banyaknya permukiman yang mulai muncul disekitar pasar, kadang-kadang lokasi pasar jauh dari pemukiman akan tetapi pemukiman terbangun di sekitar pasar pada sela waktu tertentu.

Dengan memahami bahasan tersebut diatas, maka sangat menarik untuk mengkaji bagaimana hubungan interaksi wilayah inti perkotaan pada beberapa kecamatan yang membentuk satuan wilayah pengembangan dalam sistem spatial melalui jalur perdagangan kebutuhan pokok pangan masyarakat pada pasar-pasar tradisional (Periodic market). hal ini didasarkan pada interaksi ekonomi spasial tentang supplay permintaan dan penawarannya. yang berkaitan langsung dengan arus pertukaran dan lalulintas perdagangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN IDE, KOMENTAR, UNEG-UNEG ANDA TENTANG SEMUA POSTINGAN INI